Caci adalah tarian tradisional dari Manggarai, Nusa Tenggara Timur, yang berupa tarian perang antara dua penari pria, di mana satu penari menyerang dengan cambuk (larik) dan yang lainnya bertahan menggunakan perisai (nggiling). Kata “Caci” berasal dari bahasa Manggarai, yaitu “ca” yang berarti satu dan “ci” yang berarti uji, sehingga secara harfiah berarti uji satu lawan satu. Tarian ini dilakoni saat acara syukuran musim panen, ritual tahun baru, dan upacara adat lainnya. Tarian ini memiliki makna simbolis yaitu melambangkan kejantanan, keramaian, kemegahan, dan sportifitas. Bagi penari, bekas cambukan yang didapat adalah lambang kejantanan dan penghargaan.
ARENA PERTUNJUKAN
- Lokasi Umum: Tarian Caci dilakukan di tempat terbuka yang luas atau lapangan di halaman kampung, yang dalam istilah lokal disebut natas atau compang.
- Penonton: Arena ini menjadi pusat keramaian, disaksikan oleh puluhan bahkan ratusan orang, mulai dari anak-anak hingga orang tua, serta kelompok tuan rumah dan tamu.
PERLENGKAPAN UTAMA
- Cambuk (Larik/Lempa): Terbuat dari irisan kulit kerbau atau sapi yang dikeringkan dan digunakan oleh penari (Paki) untuk memukul lawan.
- Perisai (Toda/Nggiling): Terbuat dari kulit kerbau yang dikeringkan dan berbentuk bulat dan igunakan oleh penari (Pa’ang) untuk menangkis pukulan cambuk dari lawan.
PERLENGKAPAN PENDUKUNG & PAKAIAN
- Rotan (Koret/Agang): Berbentuk seperti lengkungan, terbuat dari dahang bambu yang diolah menjadi lidi besar dan diikat menjadi satu dan berfungsi sebagai alat untuk menangkis pukulan lawan.
- Destar/Jonggo: Hiasan kepala (penutup wajah) yang berfungsi sebagai pelindung.
- Tubirapa: Susunan manik-manik yang menghiasi wajah dan menambah kesan visual serta warna pada penampilan penari.
- Songke: Sarung khas Manggarai yang dililitkan di pinggang hingga lutut.
- Lalong Ndeki: Aksesoris menyerupai ekor kerbau.
- Nggorong: Lonceng yang berbunyi mengikuti gerakan penari dan dipasang di pinggang belakang.
GERAKAN & MUSIK/NYANYIAN
- Gerakan: Penyerang berusaha memukul lawan dengan cambuknya, sementara penangkis berusaha menangkis serangan tersebut. Pukulan dapat mengenai bagian tubuh dari pusat ke atas.
- Musik dan Nyanyian: Pertunjukan diiringi oleh musik tradisional seperti gong dan gendang, serta nyanyian dari para pendukung yang membangkitkan semangat pemain.
FUNGSI PERTUNJUKAN :
- Acara Adat: Caci biasanya dimainkan pada saat-saat penting seperti syukuran musim panen (Hang Woja), ritual tahun baru (Penti), upacara pembukaan lahan, perayaan kemerdekaan, dan upacara adat lainnya.
- Peningkatan Persaudaraan: Selain sebagai tarian perang, caci juga bertujuan untuk mempererat ikatan persaudaraan dan persahabatan antar kampung atau suku yang berbeda.
- Sistem Kehormatan: Tarian ini merupakan proses sakral bagi pemuda Manggarai untuk mencapai kedewasaan dan kehormatan di mata masyarakat dan tetua adat.
Kesimpulannya, tarian caci adalah tarian yang memiliki keunikan, dimana tarian ini bukan hanya sekedar tarian biasa yang dilakukan oleh dua orang penari dan bertujuan untuk menghibur tetapi juga mencerminkan simbol uji keberanian, di mana para peserta saling menguji ketangkasan dengan pecut dan perisai, tetapi tetap menjaga semangat gotong royong dan tidak meninggalkan dendam.